Halaman

Daftar Tamu

Minggu, 04 Januari 2015

TAMAN NASINAL KERINCI SEBELAT

Diumumkan/dinyatakan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 seluas 1.484.650 Ha.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK. N0. 192/Kpts-II/1996 dengan luas 1.386.000 ha
Letak Prop. Sumatera Barat, Prop. Jambi, Prop. Bengkulu, Prop. Sumatera Selatan
Temperatur Udara 07° - 28° C
Curah Hujan Rata-rata 3.000 mm/tahun
Ketinggian Tempat 500 - 3.805 m dpl.
Taman Nasional Kerinci Seblat terletak di 4 wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi Taman Nasional Kerinci Seblat terletak pada 100°31'18" - 102°44' Lintang Timur dan 17'13" - 326'14" Lintang Selatan.
Luas Taman Nasional Kerinci Seblat (hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:
  • seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Propinsi Sumatera Barat;
  • seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Propinsi Jambi;
  • seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Propinsi Bengkulu; dan
  • seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera Selatan.
Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa.
Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut. Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sam pai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau).
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) dan bunga bangkai (Amorphophallus titanium dan A. decussilvae).
Potensi Flora dan Fauna
Taman Nasional Kerinci Seblat umumnya masih memiliki hutan primer dengan tipe vegetasi utama didominir oleh formasi :
  1. Vegetasi dataran rendah (200 - 600 m dpl)
  2. Vegetasi pegunungan/bukit (600 - 1.500 m dpl)
  3. Vegetasi montana (1.500 - 2.500 m dpl)
  4. Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan (2.500 - 2.800 m dpl)
  5. Vegetasi sub alpine (2.300 - 3.200 m dpl)
Tidak kurang dari 4.000 jenis flora (63 famili) terdapat di kawasan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Leguminosae, Lauraceae, Myrtaceae, Bommacaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Myristicaceae, Euphorbiaceae dan Meliaceae. Sedangkan pada ketinggian 500 m - 2000 m dpl. didominasi oleh famili Fagaceae, Erycaceae dan semak-semak sub alpin dari jenis Vaccinium dan Rhododendron.
Beberapa jenis vegetasi yang khas di Taman Nasional Kerinci Seblat antara lain : Histiopteris insica (tumbuhan berpembuluh tertinggi) berada di dinding kawah Gunung Kerinci, berbagai jenis Nepenthes sp, Pinus mercusii strain Kerinci, Kayu pacat (Harpullia arborea), Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi), Agathis sp.
Hasil penelitian Biological Science Club (BScC) pada tahun 1993 di daerah buffer zone ditemukan 115 jenis vegetasi ethnobotanical yang banyak digunakan masyarakat setempat untuk berbagai keperluan seperti untuk obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan keperluan rumah tangga.
Fauna yang tedapat dalam Taman Nasional Kerinci Seblat tercatat 42 jenis mammalia (19 famili), diantaranya : Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis), Macan dahan (Neopholis nebulosa), Harimau Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Kucing emas (Felis termminnckii), Tapir (Tapirus indica), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis); 10 jenis reptilia; 6 jenis amphibia, antara lain: Katak Bertanduk (Mesophyrs nasuta), 6 jenis primata yaitu : Siamang (Sympalagus syndactylus) Ungko (Hylobates agilis), Wau-wau Hitam (Hylobates lar), Simpai (Presbytis melalobates), Beruk (Macaca nemestrina) dan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Di samping itu sudah tercatat 306 jenis burung (49 famili), diantaranya 8 jenis burung endemik seperti : Tiung Sumatera (Cochoa becari), Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris), Celepuk (Otus stresemanni), Burung Abang Pipi (Laphora inornata).
Topografi dan Iklim
Pada umumnya topografi Taman Nasional Kerinci Seblat bergelombang, berlereng curam dan tajam dengan ketinggian antara 200 sampai dengan 3.805 meter dpl. Topografi yang relatif datar dengan ketinggian 800 meter dpl terdapat di daerah enclave Kabupaten Kerinci.
Secara umum curah hujan di kawasan ini cukup tinggi dan merata. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.000 mm. Musim hujan berlangsung dari bulan September - Pebruari dengan puncak musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan april - Agustus. Suhu udara rata-rata bervariasi yaitu 28° C di dataran rendah, 20° C di Lembah Kerinci dan 9° C di puncak Gunung Kerinci. Kelembaban 80-100%.
Obyek Wisata Alam dan Fenomena Alam
  • Gunung Kerinci (3.805 m dpl) : gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.
  • Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam.
  • Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya : merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama 6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak.
  • Gunung Seblat (2.383 m dpl) : memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi, dapat dicapai dari Muara Aman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam.
  • Bukit Gedang Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
  • Rawas Ulu Lakitan : memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat deras yang baik untuk rafting. Dapat ditempuh dari napal Licin antara 1-3 jam.
  • Gunung Masurai terletak di Desa Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau Kabupaten Surolangun Bangko (6,5 jam dari Kota Bangko). Disini terdapat hutan hujan tropis.
  • Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit.
  • Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
  • Letter W. Melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta kelinci sumatera.
  • Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan Pengamatan Satwa.
Obyek wisata budaya dan wisata lainnya diantaranya :
  • Wisata budaya : Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil. Adat istiadat tanah Kerinci, tanah Minangkabau, tanah Bengkulu/Rejang Lebong, serta aspek seni budaya seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko), tari-tarian klasik, pakaian adat, serta pusaka-pusaka adat. Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali.
  • Obyek wisata lain di sekitar kawasan diantaranya : Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap sebagai tempat keramat masyarakat, Danau Kerinci, Danau Depati empat, Rawa Bento, Air Panas Semurup, Air Panas Ketenong, pengambilan emas secara tradisional di Ketenong, Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu (Sumatera Selatan), Muara Sako (Sumatera Barat) Pusat latihan gajah (PLG) di Ipuh, Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung, Kerajinan Batu Akik di Bengkulu dan Bangko, Pusat Kerajinan Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah pesisir. Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai "orang pendek" dan "sigung" sebagai penguasa hutan.
Kegiatan yang Dapat Ditawarkan
  • Penelitian dan pendidikan.
  • Pendakian dan berkemah.
  • Air terjun.
  • Pemotretan dan pembuatan film.
  • Rekreasi dan wisata alam.
  • Budaya masyarakat sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat.
Fasilitas yang Tersedia
Kantor, Wisma Tamu, Pusat Informasi, Shelter, MCK, Jalan Trail, Menara Pengintai/Pengamat, Pondok Jaga, dll.
Informasi Lainnya
  • Danau Gunung Tujuh merupakan danau air tawar tertinggi di Asia (1.996 m dpl) yang dikelilingi oleh 7 buah gunung.
  • Musim kunjungan terbaik pada bulan Januari s/d Oktober.

Cara Mencapai Lokasi 
Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui beberapa cara :
Padang - Tapan - Sungai Penuh (kendaraan darat), 278 km selama 7 jam.
Padang - Muaralabuh - Kersik Tuo, (kendaraan darat),  211 km selama 5-6 jam
Jambi - Sungai Penuh (kendaraan darat), 500 km selama 10 jam.
Bengkulu - Muara Aman (kendaraan darat), selama 4 jam.
Bengkulu - Argamakmur (kendaraan darat), selama 2 jam.
Bengkulu - Lubuk Linggau (kendaraan darat), selama 3 jam.
Palembang - Lubuk Linggau (kendaraan darat), selama 6 jam.
Lubuk Linggau - Muara Rupit - Surulangun - Napal Licin (kendaraan darat), selama 4 jam.
Muara Rupit - napal Licin (kendaraan air), selama 2 jam.
    No.
    Dari ke lokasi
    Jarak (km)
    Kondisi Jalan
    Keterangan
    1
    Jambi - Sungai Penuh
    500
    Jalan trans Sumatera/beraspal
    Bus
    Wisata alam
    2
    Sungai Penuh - Kersik Tuo
    40
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    3
    Sungai Penuh - Pelompek
    50
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    4
    Sungai Penuh - Semurup
    10
    Jalan beraspal
    Taxi
    Air panas
    5
    Sungai Penuh - Danau Kerinci
    15
    Jalan beraspal
    Taxi
    Danau, sungai
    6
    Sungai Penuh - Lempur
    35
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    7
    Sungai Penuh - Bukit Tapan
    25
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam
    8
    Jambi - Surulangun
    200
    Jalan trans Sumatera/beraspal
    Bus
    Wisata alam

    Surulangun - Bangko
    75
    Jalan trans Sumatera
    Taxi
    Wisata alam

    Bangko - Dusun Tuo
    80
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam

    Surulangun - Batang Asai
    60
    Jalan beraspal/sungai
    -
    Wisata alam & budaya
    1
    Padang - Tapan
    213
    Jalan trans Sumatera/beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    2
    Tapan - Sungai Penuh
    64
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    3
    Padang - Muara Labuh
    126
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    4
    Muara Labuh - Pelompek
    75
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    5
    Pelompek - Kersik Tuo
    10
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    1
    Bengkulu - Tapan
    352
    Jalan trans Sumatera/beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    2
    Tapan - Sungai Penuh
    64
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    3
    Bengkulu - Ipuh
    170
    Jalan beraspal
    Bus/taxi
    Wisata alam
    4
    Ipuh - Pusat Latihan Gajah
    35
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam & budaya
    5
    Bengkulu - Argamakmur
    80
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam
    6
    Argamakmur - Muara Aman
    60
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam
    7
    Bengkulu - Curup
    85
    Jalan trans Sumatera
    Bus/taxi
    Wisata alam
    8
    Curup - Muara Aman
    65
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam & budaya
    9
    Muara Aman - Ketenong
    15
    Jalan beraspal
    Taxi
    Wisata alam & budaya
    1
    Bengkulu - Lubuk Linggau
    160
    Jalan trans Sumatera
    Bus/taxi
    Wisata alam
    2
    Lubuk Linggau - Trawas
    40
    Jalan trans Sumatera/beraspal
    Taxi
    Wisata alam & budaya
    3
    Trawas - Napal Licin
    15
    Jalan sungai
    -
    Wisata alam & budaya
    4
    Trawas - Rupit
    93
    Jalan trans Sumatera
    Bus/taxi
    Wisata alam
    5
    Rupit - Pulau Kidak
    20
    Jalan beraspal/sungai
    -
    Wisata alam & budaya
Jarak antara Taman Nasional (Kerinci Seblat dengan kota-kota sekitarnya (km) :
Sungai Penuh
64 Tapan
277 213 Padang
161 224 305 Bangko
500 483 534 229 Jambi
419 483 574 269 319 Lubuk Linggau
579 352 565 410 479 160 Bengkulu
726 622 843 494 229 260 420 Palembang




Informasi Alamat Kantor:
Kantor UPT Taman Nasional. Jl. Basuki Rahmat No. 11, Sungai Penuh 32112, Jambi, Telp. 0748-22240, 22250 Fax. 0748-22300
Kantor sub Balai KSDA Propinsi Jambi, Jl. Arief Rahman Hakim No. 10 Jambi, Telp (0741) 26451.
Kantor Sub Balai KSDA Propinsi Sumatera Barat, Jl. Raden Saleh No. 4 Padang, Telp (0751) 54136.
Kantor Sub Balai KSDA Propinsi Bengkulu, Jl. Mahoni No. 11 Bengkulu, Telp. (0736) 21697.

Kantor Sub Balai KSDA Sumatera Selatan, Jl. Kol. H. Barlian Punti Kayu Km 6,5 Palembang, Telp. (0711) 410948.

Sabtu, 21 Juli 2012



SUKU ANAK DALAM ( ORANG RIMBA )




Kelompok masyarakat terasing yang bermukim di sekitar pegunungan duabelas Jambi menyebut diri Orang Rimba yang dibedakan dengan masyarakat luar, yang disebut orang terang. Anak Dalam juga merupakan sebutan diri yang mereka senangi, dan mereka sangat marah jika disebut orang Kubu, sebutan itu dianggap merendahkan diri mereka. Dalam percakapan antar warga masyarakat jambi tentang orang Kubu tercermin dari ungkapan seseorang yang menunjukan segi kedudukan dan kebodohan, misalnya membuang sampah sembarangan diumpat “Kubu kau….!”. sebutan lain yang disenangi orang rimba ialah “sanak”, yaitu cara memanggil seseorang yang belum kenal dan jarang bertemu. Bila sudah sering bertemu maka panggilan akrab ialah “nco” yang berarti kawan.(Soetomo, 1995:58)
Senada dengan diatas Butet Manurung juga mengemukakan bahwa, kubu berarti kotor, primitif, kafir, atau arti lain yang senada. Kata ini sebenarnya berasal dari Orang Rimba yang justru dipakai oleh orang luar untuk menunjukan identitas Orang Rimba yang “primitif”. Di kemudian hari, penyebutan ini ternyata mempengaruhi cara pandang dan perilaku Orang Rimba bila berhadapan dengan orang luar. Mereka menjadi merasa rendah diri dan hilang kepercayaan terhadap dirinya sendiri. (Manurung, 2007:41)

Asal Usul Suku Anak Dalam (Orang Rimba)
Tentang asal usul Suku Anak Dalam (Muchlas, 1975) menyebutkan bermacam cerita/hikayat dari penuturan lisan yakni: Cerita Buah Gelumpang, Tambo Anak Dalam (Minangkabau), Cerita Orang Kayu Hitam, Cerita Seri Sumatera Tengah, Cerita Perang Jambi dengan Belanda, Cerita Tambo Sriwijaya, Cerita Turunan Ulu Besar dan Bayat, Cerita tentang Orang Kubu. Dari cerita/hikayat tersebut Muchlas menarik kesimpulan bahwa Anak Dalam berasal dari tiga keturunan:
1. Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten Batanghari.
2. Keturunan dari Minangkabau umumnya di Kabupaten Bungo Tebo sebagian Mersan.3. Keturunan dari Jambi Asli ialah Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun Bangko.
Versi lain asal usul menurut Orang Rimba sendiri dalam Disertasi Muntholib Soetomo yaitu, seorang yang gagah berani bernama Bujang Perantau. Pada suatu hari memperoleh buah gelumpang dan dibawa kerumahnya. Suatu malam ia bermimpi agar buah gelumpang itu dibungkus dengan kain putih yang nanti akan terjadi keajaiban, yang berubah menjadi seorang putri yang cantik. Putri itu mengajak kimpoi Bujang Perantau, namun Bujang Perantau berkata bahwa tidak ada orang yang mengawinkan mereka. Putri tersebut berkata : “Potonglah sebatang kayu bayur dan kupas kulitnya kemudian lintangkan di sungai, kamu berjalan dari pakal saya dari ujung. Kalau kiata dapat beradu kening di atas kayu tersebut berarti kita sudah kimpoi”. Permintaan itu dipenuhi oleh Bujang Perantau dan terpenuhi segala syaratnya, kemudian keduanya menjadi suami isteri. Dari hasil perkimpoian itu lahirlah empat orang anak, yaitu Bujang Malapangi, Dewo Tunggal, Putri Gading, Dan Putri Selaro Pinang Masak. Bujang Malapangi, anak tertua yang bertindak sebagai pangkal waris dan Putri Selaro Pinang masak sebagai anak bungsu atau disebut juga ujung waris keluar dari hutan untuk pergi membuat kampung dan masuk islam; ke duanya menjadi orang Terang. Putri Selaras Pinang Masak menetap di Seregam Tembesi, sedangkan Bujang Malapangi membuat kampung pertama di sekitar sungai Makekal pertama di Kembang Bungo, ke dua Empang Tilan, ke tiga di Cempedak Emas, ke empat di Perumah Buruk, ke lima di Limau Sundai, dan kampong terakhir di Tanah Garo sekarang. Hal inilah membuat orang Rimba menjadikan tokoh keturunan Bujang Malapangi sebagai Jenang (orang yang dapat diterima oleh orang Rimba dan juga oleh orang lain, selain orang Rimba yang berfungsi sebagai perantara bagi orang Rimbo yang akan berhubungan dengan orang lain atau orang lain yang akan berhubungan dengan orang Rimba). Jenang yang paling berpengaruh dijadikan rajo (raja), dan segala urusan antara orang Rimba dengan orang luar harus melibatkan Jenang mereka dan rajo-nya.
Secara mitologi, mereka (Suku Anak-Dalam) masih menganggap satu keturunan dengan Puyang Lebar Telapak yang berasal dari Desa Cambai, Muara Enim. Menurut pengingatan mereka, yang didapat dari penuturan kakek-neneknya, bahwa sebelum mereka bertempat tinggal di wilayah Sako Suban, mereka tinggal di dusun Belani, wilayah Muara Rupit. Mereka hijrah karena terdesak waktu perang ketika zaman kesultanan Palembang dan ketika masa penjajahan kolonial Belanda. Secara tepat waktu kapan mereka hijrah tidak diketahui lagi, yang mereka (Suku Anak Dalam) ingat berdasarkan penuturan, hanya masa kesultanan Palembang dan masa penjajahan Belanda. Dari Dusun Belani, Suku Anak-Dalam mundur lebih masuk ke hutan dan sampai di wilayah Sako Suban. Di wilayah Sako Suban ini, mereka bermukim di wilayah daratan diantara sungai Sako Suban dan sungai Sialang, keduanya sebagai anak dari sungai Batanghari Leko. Wilayah pemukiman yang mereka tempati disebut dengan Tunggul Mangris. (Dirjen Bina Masyarakat Terasing Depsos RI, 1998 :55-56)
Versi Departemen sosial dalam data dan informasi Depsos RI (1990) menyebutkan asal usul Suku Anak-Dalam yakni : sejak Tasun 1624 Kesultanan Palembang dan Kerajaan Jambi, yang sebenarnya masih satu rumpun, memang terus menerus bersitegang dan pertempuran di Air Hitam akhirnya pecah pada tahun 1629. Versi ini menunjukkan mengapa saat ini ada dua kelompok masyarakat anak-dalam dengan bahasa, bentuk fisik, tempat tinggal dan adat istiadat yang berbeda. Mereka yang menempati belantara Musi Rawas (Sumatera Selatan) berbahasa Melayu, berkulit kuning dengan postur tubuh ras Mongoloid seperti orang Palembang sekarang. Mereka ini keturunan pasukan palembang. Kelompok lainnya tinggal di kawasan hutan Jambi berkulit sawo matang, rambut ikal, mata menjorok ke dalam. Mereka tergolong ras wedoid (campuran wedda dan negrito). Konon mereka tentara bayaran Kerajaan Jambi dari negeri lain.
Versi lain adalah cerita tentang perang jambi dengan belanda yang berakhir pada tahun 1904, pihak pasukan Jambi yang dibela oleh Anak-Dalam yang dipimpin oleh Raden Perang. Raden Perang adalah cucu Raden Nagasari. Dalam perang gerilya maka terkenallah Anak-Dalam dengan sebutan Orang Kubu artinya orang yang tak mau menyerah pada penjajah Belanda yang membawa penyakit jauh senjata api. Orang Belanda disebut Orang Kayo Putih sebagai lawan Raja Jambi (Orang Kayo Hitam) (Muchlas,1995).
Lebih lanjut tentang asal-usul “Suku Anak-Dalam” ini juga dimuat pada seri profil masyarakat terasing (BMT, Depsos, 1988) yakni sebagai berikut :
Pada zaman dahulu kala terjadi peperangan antara Kerajaan Jambi yang dipimpin oleh Puti Selaras Pinang Masak dan kerajaan Tanjung Jabung dipimpin oleh Rangkayo Hitam. Peperangan ini semakin berkobar, akhirnya didengar oleh Raja Pagar Ruyung, yaitu ayah dari Puti Selaras Pinang Masak. Raja Pagar Ruyung memerintahkan agar dapat menaklukkan Kerajaan Rangkayo Hitam, mereka menyanggupi dan bersumpah/berjanji tidak akan kembali sebelum menang. Jarak antara kerajaan Pagar Ruyung dengan Kerajaan Jambi sangat jauh, harus melalui hutan rimba belantara dengan berjalan kaki. Perjalanan mereka sudah berhari-hari lamanya, kondisi mereka sudah mulai menurun sedangkan persediaan bahan makanan sudah habis, mereka sudah kebingungan. Perjalanan yang ditempuh masih jauh, untuk kembali ke Kerajaan Pagar Ruyung mereka merasa malu. Sehingga mereka bermusyawarah untuk mempertahankan diri hidup didalam rimba.
Untuk menghindari rasa malu mereka mencari tempat-tempat yang sepi dan jauh ke dalam rimba raya. Keadaan kehidupan mereka makin lama semakin terpencil, keturunan mereka menamakan dirinya Suku Anak-Dalam.
Tentang Suku Anak-Dalam ini (Orang Rimba) Ruliyanto, wartawan Tempo (Tempo, April 2002:70) menulis bahwa : sejumlah artikel menyebut orang rimba merupakan kelompok melayu tua dari rumpun Melanesia. Mereka disamakan dengan kelompok melayu tua lainnya di Indonesia seperti orang Dayak, Sakai, Mentawai, Nias, Toraja, Sasak, Papua, dan Batak pedalaman. Kelompok melayu tua merupakan eksodus gelombang pertama dari Yunan (dekat lembah sungai Yang Tze di Cina Selatan) yang masuk ke Indonesia Selatan tahun 2000 sebelum masehi. Mereka kemudian tersingkir dan lari ke hutan ketika kelompok Melayu Muda datang dengan mengusung peradaban yang lebih tinggi antara tahun 2000 dan 3000 sebelum masehi.
Menurut Van Dongen (1906) dalam Tempo (2002:71) menyebutkan bahwa Orang Rimba sebagai orang primitif yang taraf kemampuannya masih sangat rendah dan tak beragama. Dalam hubungannya dengan dunia luar kota Orang Rimba mempraktekan silent trade mereka melakukan transaksi dengan bersembunyi di dalam hutan dan melakukan barter, mereka meletakkannya di pinggir hutan, kemudian orang melayu akan mengambil dan menukarnya. Gongongan anjing merupakan tanda barang telah ditukar.
Senada dengan itu Bernard Hagen (1908) dalam Tempo (2002:71) (die orang kubu auf Sumatera) menyatakan Orang Rimba sebagai orang pra melayu yang merupakan penduduk asli Sumatera demikian pula Paul Bescrta mengatakan bahwa orang Rimba semua dengan proto melayu (melayu tua) yang ada di Semen njung Melayu yang terdesak oleh kedatangan melayu muda.

Jumat, 20 Juli 2012

Hutan Rengas kota Jambi

Hutan rengas kota jambi merupakan Hutan lindung yang berada di tengah kota jambi, yang vegetasinya di dominasi pohon Rengas Glutha rengas, hutan ini terdapat di Kec. Telanaipura Kota Jambi.
Hutan ini merupakan salah satu pilihan tempat untuk membuat kegiatan kemah, wisata atau pun rekreasi, di kerenakan posisi tempat yang sangat dekat dengan pusat kota jambi.

Kegiatan :
Camping Bersama Mahasiswa Jurusan Kehutan Universitas Jambi ( HIMA FORESTA ) bekerja Sama Dengan Gita Buana Club ( GBC ).

 
















Minggu, 15 Juli 2012

Gunung Masurai Bangko-Jambi


Gunung masurai merupakan salah satu gunung tektonik yang terdapat di provinsi jambi tepatnya di desa sungai lalang kec.lembah masurai kabupaten merangin, gunung masurai juga merupakan salah satu kawasan yang sangat penting bagi kehidupan flora dan fauna maupun sebagai sumber kehidupan yang banyak menyumbangkan oksigen khususnya bagi masyarakat yang bertempat di sekitar kaki gunung masurai maupun masyarakat kabupaten merangin sendiri.
Gunung masurai juga merupakan kawasan hutan lindung yang terdapat dalam kawasan hutan taman nasional kerinci sebelat ( TNKS ) dimana gunung masurai adalah sumber dari kehidupan flora dan fauna seperti tumbuh2an dan hewan yang di golongkan langka dan di lindungi oleh undang- undang salah satunya seperti harimau Sumatra serta hewan dan tumbuh2an lainya.
Gunung masurai memiliki profil yang sangat menarik dimana dalam kawasan hutan gunung masurai ini tepatnya di atas gunung masurai terdapat dua danau yang lumaya besar yaitu danau kumbang dan danau mabuk serta gunung masurai juga memiliki pemandangan alam yang bagus serta hutan yang masih asri, perjalanan trek pendakian gunung masuraipun juga bervariasi yang mana dengan treck merayap,jongkok dan kemiringan 15®- 45® bahkan ada track turunan yang mencai 160®, gunung masurai juga menyediakan homestay pendakian bagi pendaki- pendaki untuk beristirahat ( bermalam ) sebelum melakukan pendakian, kemudian waktu pendakian normal kurang lebih sekitar 10-11 jam perjalanan sampai ke puncak gunung dengan route pendakian:
Ø Sungai lalang ke pintu rimba berkisar 2 jam perlanan normal dengan track normal 15®-20® melewati perkebunan penduduk (terdapat sumber air di perkebunan penduduk)
Ø Pintu rimba ke shalter satu kurang lebih memakan waktu 2 jam dengan track tanjakan 15-30® (terdapat sumber air di sebelah kiri shalter satu)
Ø Shalter satu ke puncak bayangan kurang lebih memakan waktu 4 jam dengan track tanjakan bervariasi 30-60® (tidak terdapat sumber air kecuali hujan)
Ø Puncak bayangan ke danau kumbang memakan waktu 1 jam dengan track turunan 160® sebaiknya menggunakan tali carmantal karena selain terjal route ini merupakan salah satu route yang berbahaya dan cukup extream dalam pendakian ini (terdapat sumber air di danau)
Ø Danau kumbang ke shalter dua kurang lebih 1 jam perjalanan dengan menaiki kembali tanjakan menuju simpang antara puncak dan puncak bayangan ( terdapat genangan air)
Ø Shalter dua ke puncak memakan waktu 2 jam perjalanan dengan track melewati hutan istana lumut karena sepanjang perjalanan disekeliling jalur pendakian terdapat hamparan lumut tebal dan tumbuhan kantong semar ( tidak terdapat sumber air)